Thursday, September 19
Shadow

Starlink di Indonesia: Tantangan bagi Operator Lokal

BERITA PLAT MERAH Pendahuluan

Starlink, layanan internet berbasis satelit yang tengah populer, kini menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Starlink menawarkan internet berkecepatan tinggi dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan layanan serupa di Indonesia dan bahkan di negara asalnya, Amerika Serikat. Ini memicu kekhawatiran di kalangan operator telekomunikasi lokal tentang potensi dampaknya terhadap bisnis mereka.

Harga Layanan

Menurut pantauan KompasTekno, harga paket Starlink di Indonesia adalah:

  • Paket Residensial: Rp 750.000 per bulan, dengan perangkat penunjang seharga Rp 7,8 juta (saat ini diskon 40% menjadi Rp 4,68 juta).
  • Paket Bisnis: Rp 1,1 juta per bulan, dengan harga perangkat yang sama dengan paket residensial.

Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat:

  • Paket Residensial: 120 dolar AS (sekitar Rp 1,9 juta) per bulan, dengan perangkat penunjang seharga 599 dolar AS (sekitar Rp 9,7 juta).
  • Paket Bisnis: 140 dolar AS (sekitar Rp 2,2 juta) per bulan, dengan perangkat penunjang seharga 2.500 dolar AS (sekitar Rp 40 juta).

Dampak terhadap VSAT Lokal

Sigit Jatiputro, Sekjen Asosiasi Satelit Seluruh Indonesia (ASSI), menyatakan bahwa harga Starlink yang lebih murah bisa mematikan bisnis operator VSAT lokal seperti MangoeSky, yang termurah dibanderol Rp 3,6 juta. Dengan harga yang jauh lebih murah, operator lokal mungkin tidak bisa bersaing dan berpotensi mengalami penurunan penjualan.

Predatory Pricing?

Ada kekhawatiran bahwa harga murah Starlink merupakan strategi predatory pricing, yaitu menetapkan harga rendah untuk menyingkirkan pesaing. Namun, Hilman Pujana dari KPPU menjelaskan bahwa predatory pricing tidak bisa ditentukan hanya berdasarkan harga murah. Ada banyak syarat yang harus dipenuhi untuk bisa mengkategorikan praktik ini.

Akademisi FEB UI, Ine Minara, menambahkan bahwa predatory pricing harus dibuktikan melalui analisis kegiatan bisnis dalam jangka waktu tertentu. Diskon sementara yang diberikan Starlink hingga 10 Juni 2024 tidak termasuk dalam kategori ini, karena predatory pricing biasanya dilakukan dalam jangka waktu tak terbatas hingga pesaing tersingkir.

Bantahan Starlink

Tim hukum PT Starlink Services Indonesia menegaskan bahwa harga jual mereka di Indonesia bukanlah predatory pricing. Mereka memastikan tidak ada unsur strategi harga rendah untuk menyingkirkan pesaing dalam bisnis mereka.

Kesimpulan

Kehadiran Starlink dengan harga yang lebih terjangkau di Indonesia memang menimbulkan kekhawatiran di kalangan operator telekomunikasi lokal. Namun, dugaan praktik predatory pricing masih perlu dibuktikan melalui berbagai analisis dan pengujian. Sementara itu, keberlanjutan bisnis operator VSAT lokal dalam menghadapi persaingan ini masih perlu diawasi lebih lanjut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *